Jumat, 24 Agustus 2007

Memilih Pemimpin yang Tidak Sekedar Mengerti

Hanya hitungan minggu, Kalimantan Barat akan menggelar pesta demokrasi terbesar secara langsung. 15 November 2007, saatnya masyarakat menentukan pilihan pemimpinnya. Apakah tetap mempertahankan pemimpin lama ataukah ingin ada perubahan? Tanyakan pada nurani dan tetap optimis balon pemimpin yang dipilih akan membawa Kalbar ke arah yang lebih baik.

Saya dan anda, yang mempunyai hak pilih, mari manfaatkan itu sebaik-baiknya. Satu suara kita bakal menentukan nasib daerah ini. Satu suara kita akan membawa perubahan untuk daerah ini. Jadi, jangan bangga memilih untuk Golput. Tidak memilih artinya anda tidak peduli dengan daerah ini.

Lantas, bagaimana agar kita tidak salah pilih? Ini adalah pertanyaan yang kerap muncul di benak saya. Jawabannya cukup sulit. Ada beberapa balon Gubernur yang dengan terang-terangan memasang spanduk, poster, dan leaflet yang ditempel di berbagai tempat, bahkan hingga ke pelosok. Sosialisasi gencar dilakukan hingga ke daerah terpencil sekali pun. Mereka mengobral janji-janji indah. Haruskah kita percaya?

Sebagian pihak merasa pesimis dan apatis. "Ah paling cuma janji! Nanti, kalau sudah kepilih pasti lupa dengan janjinya," ... Kalimat ini sering terlontar dari bibir seorang petani, nelayan, tukang becak, dan pedagang kecil yang selama ini sering terpinggirkan.

Namun, haruskah kita selalu berfikiran seperti itu? Tetaplah optimis dan berfikir positif. Satu di antara beberapa calon pemimpin Kalbar yang mengobral janji-janji manis tersebut pastilah ada satu atau dua yang masih mempunyai nurani. Agar bisa melihatnya, kita juga harus menggunakan nurani. Jangan terjebak dan terkecoh dengan uang puluhan ribu dan kaos gratis yang dibagikan saat deklarasi. Akan tetapi, renungkan siapa di antara mereka yang selama ini benar-benar sudah bekerja untuk rakyat. Membawa perubahan riil bagi perekonomian masyarakat, bukan sekedar angka dan data.

Jika incumbent telah memimpin Kalbar selama 5 tahun di rasa berhasil memimpin Kalbar, mungkin bisa jadi kita memilihnya kembali. Namun, jika ternyata kemajuan yang dirasakan serasa tak berarti, apa salahnya kita mencoba pemimpin yang baru? Yang jelas, pemimpin yang kita pilih haruslah seorang pemimpin yang bukan sekedar mengerti.

Artinya, bukan pemimpin yang mengatakan mengerti kalau masyarakat Kalbar miskin tetapi tidak mempunyai solusi untuk mengatasinya. Bukan pula pemimpin yang sebenarnya mengerti bahwa birokrasi pemerintahan masih berbelit-belit tetapi tidak punya ide riil untuk membenahinya. Bukan pula pemimpin yang mengerti kondisi APBD Kalbar yang minim tetapi masih sempat-sempatnya korupsi atas nama rakyat. Tentu saja, bukan pemimpin seperti itu yang dicar?!

Lantas, pemimpin yang bagaimana yang harus kita pilih? Pemimpin yang sudah bekerja dan mengabdikan hidupnya untuk rakyat jauh sebelum dia menjadi pemimpin. Pemimpin yang telah membawa pembaharuan bagi kesejahteraan rakyat Kalbar. Pemimpin yang mampu mengangkat rakyat Kalbar dari kemiskinan. Pemimpin yang mempunyai visi dan misi riil keberpihakannya bagi rakyat kecil. Pemimpin yang tidak sekedar mengatakan mengerti tetapi tahu solusi bukan untuk kepentingan pribadi. (**)